MODEL BIMBINGAN BELAJAR MELALUI BERMAIN PERAN BERBASIS ISLAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIADINI

26 03 2012

ABSTRAK

 

 

Model Bimbingan Belajar Melalui Bermain Peran Berbasis Islam  Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini (Penelitian pada kelompok B  PG IT Utsman bin Affan kudus).

 

(Taufiq*)

Dalam memcapai tujuan pendidikan dibutuhkan suatu metode/teknik untuk memudahkan penyampaian materi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, salah satu metode/teknik dalam bimbingan belajar adalah bermain peran untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Sedangkan pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran di PGIT Utsman bin Affa Kudus telah dilaksanakan oleh guru namun belum maksimal dan frekuensi pelaksanaanya jarang serta bersifat insidental. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka dibutuhkan pengembangan teknik bermain peran dengan mendasarkan nilai-nila agama pada pelaksanaan bermain peran, yaitu dengan mengembangkan model manjadi bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) kondisi riil bimbingan belajar melalui bermain peran di PGIT Utsman bin Affan Kudus, (2) menemukan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan ini adalah bahwa strategi penelitian dan pengembangan efektif untuk mengembangkan dan memvalidasikan produk pendidikan.Penelitian ini menggunakan teknik observasi dengan menentukan sampel yaitu, siswa kelompok B.Sampel ditentukan terlebih dahulu yaitu, siswa kelompok B dengan jumlah 7 orang siswa yang mengalami masalah pada peningkatan kecerdasan emosi.  Hasil penelitian terhadap 7 siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus, menunjukkan bahwa secara global, model bimbingan belajar melalui bermain peran bisa dikembangkan menjadi bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam. Model tersebut terbukti efektivitas dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pada semua aspek kecerdasan emsosional siswa.

Dari hasil penelitian, menunjukkan keberhasilan pengembangan model dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa, kemudian disarankan: hasil penelitian pengembangan ini memberi kontribusi teoretis berupa input konseptual, metodologis, dan findings.Dapat digunakan sebagai salah satu model layan terhadap siswa, serta model ini masih terbuka bagi peneliti selanjutnya untuk diujikembangkan lebih lanjut dengan memperluas komponen model, mengakomodir aspek subtansi layanan bimbingan belajar.

 

*(Program Studi BK PPs UNNES)

 

Kata kunci : Kecerdasan emosional, model bermain peran berbasis Islam.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

PENDAHULUAN

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Dalam menemukan pribadi dimaksudkan mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri siswa. Sesuai dengan pengertian bimbingan sebagai upaya untuk membantu perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum bimbingan di sekolah harus dikaitkan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Sedangkan perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan, kapasitas atau keterampilan seseorang untuk dapat menerima, mengukur dan mengatur emosi dirinya sendiri, orang lain atau bahkan kelompok sehingga memudahkannya berinteraksi sehari-hari.

Anak yang tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh menjadi pribadi yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki masa dewasanya. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadi cikal bakal pribadi anak yang sehat yang sangat dibutuhkan saat mereka tumbuh dewasa nanti. Cerdas emosi bukan hanya kewajiban anak seorang diri. Peran aktif orang tua sangat penting dalam proses perkembangan kecerdasan emosi anak. Cerdas emosi merupakan proses timbal balik dengan lingkungannya serta pembelajaran yang diperoleh anak dari aktifitas sehari-hari. Selain aktifitas sehari-hari, anak juga memerlukan lingkungan pendidikan yang baik dan membutuhkan pendekatan/teknk belajar yang menyesuaikan kondisi anak pada masa ini, yaitu masa bermain, dengan demikian dibutuhkan satu metode yang tepat yaitu bermain peran.

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap permainan tersebut. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran, (Hafidz, M, 2010, dalam http://bobezani.tripod.com ).

Melalui bermain peran (role playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan emosional, (Komara, E, 2009: 3). Hal ini sejalan dalam penelitian (Manorom, K., & Pollock, Z., 2006. jaournal of Role Playing as a Teaching Method. 84,5-10).

Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi emosional, model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis.

Hubungan antara emosi dan emosional seseorang sangat berkaitan erat. Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Jadi dari berbagai macam emosi yang ada dalam individu tersebut akan mendorongnya untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Sedangkan emosional, berkaitan dengan ekspresi emosi atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi dan mencirikan individu yang mudah terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional (Chaplin, 2009: 163). Jadi anak usia dini yang emosinya baik, akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari emosi/suasana hati ke suasana hati yang lain, demikian pula sebaliknya (Hurlock, 2006:155).

Adapun permainan bermain peran merupakan kombinasi unsur-unsur permainan karakteristik model realitas yang di dalamnya para pemain bertindak di bawa seperangkat aturan untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian pula Tim BP, Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1999) mengemukakan bahwa permainan merupakan suatu aktivitas manusia yang menyenangkan, bersemangat, dan kompetitif dengan mentaati aturan-aturan yang sudah ditentukan sesuai dengan jenis permainnannya. Selanjutnya Tim tersebut mengemukakan bahwa bermain peran merupakan tiruan, perumpamaan, berandai-andai yang sudah lama dikenal baik di negara-negara maju maupun di Negara-negara berkembang. Sementara itu, Husen dan Postlethwaite (1988: 113) mengemukakan bahwa permainan bermain peran mamadukan karakteristik permainan (pemain, aturan, kompeisi/kerjasama) dengan karakteristik bermain peran (representasi realitas). Jika kehidupan nyata disimulasikan secara kompetitif atau kooperatif maka permainan bermain peran cenderung berkembang secara alamiah. Demikian pula simulasi permainan bermain peran merupakan pengalaman buatan yang mewakili pengalaman yang terjadi secara alamiah dalam kerja guru.

Pengertian Bermain Peran Berbasis Islam

Permainan bermain peran merupakan upaya penciptaan lingkukngan bagi para partisipan atau pemain yang tidak akan mengalaminya sebagaimana biasanya. Senada dengan pendapat tersebut, (romlah, 2001:89), mengemukakan bahwa permainan bermain peran adalah permainan yang dimaksud untuk mencerminkan situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.

Adapun dalam Islam dijelaskan tentang kecendeungan manusia yang ber kelompok, dan saling membutuh antara individu satu dengan yang lainnya, hal tersebut sesuai dengan Al Qur`an surat Al-Hujurat 13: 49, yang artinya sebagai berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan  dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat 13: 49)

Manusia, selain kecenderungan berkelompok, juga mempunyai kecenderungan ingin bersama dengan individu yang lain dan bekerjasama, sebagai wadah untuk mencapai eksistensi, hal ini sesui dengan keeangan dalam Al-Qur`an surat Al-Maidah 5: 2, dan Ali-Imran3: 159, yang artinya sebagai berikut;

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya “(QS. Al-Maidah 5: 2)

Adapaun bermain peran merupakan alat untuk mengembangkan kecendeungan individu untuk bekelompok dan bekerjasama, juga untuk menumbuhkan potensi-potensi berprilaku baik dalam interaksi social dengan kelompok melalui bermain peran berbasis Islam. Hal ini sesuai dengan Al-Qur`an surat Asy-Syamsu 91:8-10, yang artinya sebagai berikut;

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya”. (QS. Asy-Syamsu 91:8-10)

Adanya hubungan antara anak usia dini yang emosinya baik, akan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari emosi/suasana hati ke suasana hati yang lain, demikian pula sebaliknya yang dikemukakan  Hurlock, (2006:155) maka peran merupakan aktivitas menyenangkan yang bertujuan dalam situasi yang merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan berbasisi Islam yang dimaksudkan adalah menggunakan nilai-nilai Islam sebagai pijakan/landasan akhlaq atau moral dalam melaksanakan permainan bermain peran. Dalam situasi tersebut terdapat beberapa aturan yang perlu disepakati bersama sehingga para pemain berinteraksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan, sederhana, menjalankan nilai-nilai agama, dan aman mellalui kerjasama atau kompetisi dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.

Mengingat kecerdasaan emosional merupakan kecenderungan yang dapat dibentuk dari lingkungan pendidikan yang menyediakan satu metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondis anak usia dini yaitu masa bermain, merupakan satu kondisi dimana anak memiliki kecenderungan menirukan segala sesuatu pada lingkungan sekitar. Dengan demikian dalam meningkatkan kecerdasan emosioan dibutuhkan satu pendekatan yang mendekati kondisi anak usia dini yang didasarkan pada nilai-nilai agama sebagai landasan pada metode bermain peran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diangkat menjadi sebuah judul penelitian, “model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis islam  untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini”.

 

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Metode penelitian

86

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407). Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan ini adalah pendapat Borg dan Gall (1983: 775) bahwa strategi penelitian dan pengembangan efektif untuk mengembangkan dan memvalidasikan produk pendidikan. Produk yang dimaksud adalah model model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini.

Secara keseluruahan, tahap-atahap penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah: (1) studi pendahuluan, (2) perancangan model hipotetik, (3) uji kelayakan, (4) revisi, (5) model hipotetik hasil revisi, (6) uji lapangan, (7) revisi, (8) model yang telah teruji.

Prosedur Pengembangan

Tahap I: Persiapan Pengembangan Model Bimbingan Belajar melalui Bermain Peran berbasis Islam

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap I adalah sebagai berikut:

a.       Studi evaluasi yaitu mencari informasi untuk pengembangan (memotret kondisi obyektif di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus ), yang meliputi:

(1)   Mendiskripsikan temuan tentang kebutuhan siswa PUAD dalam peningkatan kecerdasan emosional siswa.

(2)   Mendiskripsikan temuan penelitian tentang kondisi objektif lingkungan belajar siswa di sekolah

(3)   Mendiskripsikan temuan tentang implementasi aktual bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap kajian teori adalah :

b.      Mengkaji konseptual model bimbingan kelompok dan kecerdasan emosional

c.       Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional.

d.      Mengkaji ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus

Tahap II: Merancang Model Hipotetik Bimbingan Belajar melalui bermain peran berbasis Islam

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a.       Merancang model hipotetik bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dikembangkan berdasarkan kajian teoritik, kondisi obyektif di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus, kajian hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok di PAUD.

b.      Analisis kesenjangan antara model hipotetik bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam dengan implementasi aktual dilapangan

c.       Mendsikripsikan kerangka kerja kolaboratif dengan konselor di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus dalam menguji kelayakan model hipotetik bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam.

Tahap III: Uji kelayakan Model Hipotetik Bimbingan Belajar melalui bermain peran berbasis Islam

Pada tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah:

a.       Uji Kelayakan melalui validasi pakar dengan para ahli bimbingan dan konseling, dan para paktisi / guru serta teman sejawat di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus

b.      Mendiskripsikan hasil dari berbagai masukan dan saran untuk memperbaiki model

Tahap IV: Perbaikan Model Hipotetik (Teruji 1)

Berdasarkan hasil pelaksanaan uji kelayakan di atas, peneliti melakukan kegiatan:

a.       Mengevaluasi hasil uji-kelayakan model hipotetik.

b.      Memperbaiki model hipotetik secara kolaboratif.

c.       Tersusun model hipotetik bimbingan kelompok berbasis ajaran Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus   (model teruji I).

Tahap V: Uji-Lapangan (Uji-Empirik) Model Hipotetik

Pelaksanaan uji lapangan dilakukan peneliti bersama konselor, melalui langkah-langkah berikut ini:

a.       Menyusun rencana kegiatan uji-lapangan.

b.      Melaksanakan uji-lapangan.

c.       Mendsikripsikan hasil pelaksanaan uji-lapangan.

Tahap VI: Merancang Model “Akhir”  Bimbingan Belajar melalui bermain peran berbasis Islam (Teruji II)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:

a.       Mengevaluasi hasil uji-lapangan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam (teruji I).

b.      Memperbaiki model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam secara kolaboratif.

c.       Tersusun model “akhir” bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa (model teruji II).

Secara lebih operasional, proses pengembangan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam dapat diuraikan sebagai berikut. Tahap pertama, peneliti melakukan penelitian pendahuluan (studi evaluasi) yaitu mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan siswa yang berorientasi pada peningkatan kecerdasan emosional, kondisi objektif lingkungan belajar siswa di sekolah, implementasi actual bimbingan kelompok di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus, untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dan kebutuhan siswa akan layanan bimbingan kelompok serta kekurangan dalam implementasi bimbingan kelompok diukur dari layanan bimbingan kelompok yang ideal (konseptual) diadakan kajian teoretis, kajian hasil-hasil penelitian terdahulu.

Tahap kedua, merancang model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam hipotetik. Bertolak dari hasil studi evaluasi, peneliti merancang model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang sifatnya masih hipotetik, model hipotetik dirancang berdasarkan kajian studi evaluasi, kajian teoretik, kajian hasil penelitian, dan kajian ketentuan formal. Peneliti melakukan analisis kesenjangan antara model hipotetik dengan implementasi aktuan di lapangan. Setelah itu kemudian peneliti mendiskripsikan kerangka kerja kolaboratif dalam menguji kelayakan model hipotetik.

Tahap ketiga, melakukan uji kelayakan model hipotetik. Model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang masih bersifat hipotetik (model hipotetik), perlu diuji kelayakan dan uji lapangan.  Jika hasil pengujian menunjukkan ketidakpuasan, model dikembangkan kembali, dan jika hasil pengujian menunjukkan memuaskan, modek siap untuk diberlakukan/dioperasikan. Tujuan pengujian model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yaitu untuk menggali informasi dan bahan-bahan pertimbangan dalam merevisi model produk yang dikembangkan serta menentukan manfaat dan kesiapan model diberlakukan di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus. Pengujian model meliputi pengujian komponen, pengujian sub system dan pengujia secara keseluruhan dari sistimatisnya model. Komponen-komponen model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam diuji terlebih dahulu, kemudian diuji secara keseluruhan dari sistemnya. Pada tahap ini, model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam hipotetik diuji secara rasional (uji kelayakan) melalui uji ahli, uji praktisi dan uji lapangan terbatas yang dilakukan melalui diskusi.

Tahap keempat, perbaikan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam hipotetik. Berdasarkan uji kelayakan diperoleh balikan (feedback) yang diperlukan bagi peyempurnaan model. Perbaikan model dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan konselor di sekolah. Setelah melalui proses tersebut barulah dapat dihasilkan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang telah teruji tahap I.

Tahap kelima, uji-lapangan (uji-empirik) model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam hipotetik. Uji-lapangan dilakukan melalui penelitian partisipatoris, yaitu dilakukan bersama konselor dalam menyusun rencara kegiatan uji-lapangan, melaksanakan uji lapangan dan mendeskripsikan hasil pelaksanaan uji-lapangan. Uji lapangan dilakukan di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus yang melibatkan 3 orang guru dan 7 siswa (anggota kelompok). Dari hasil terhadap proses pelaksanaan uji-lapangan, diperoleh balikan (feedback) yang diperlukan bagi penyempurnaan model.

Tahap keenam, merancang model “akhir” bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam. Berdasarkan balikan yang diperoleh melalui uji lapangan (uji-empirik) dilakukan evaluasi hasil uji-lapangan dan perbaikan model secara kolaboratif antara peneliti dan konselor di sekolah. Setelah melalui proses tersebut barulah dapat dihasilkan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam sebagai model yang telah teruji tahap II. Model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dihasilkan ini diharapkan dapat diterapkan di PAUD IT Utsman bin Affan Kudus dan menunjukkan peningkatan kecerdasan emosional siswa dan peningkatkan kualitas layanan bantuan kepada siswa secara professional.

Penyempurnaan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam hasil penelitian ini selayaknya dilakukan terus dengan pengembangan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian ini pengembangan hanya didasarkan kepada balikan yang diperoleh dari dua kali uji coba yaitu uji kelayakan (uji rasional) dan uji-lapangan (uji-empirik). Meskipun demikian balikan-balikan yang diperoleh diharapkan cukup berarti bagi perbaikan dan penyempurnaan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dihasilkan dari penelitian ini.

 

 

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada dua data yang harus diungkap, yaitu kondisi awal pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran dengan kecerdasan emosional siswa. Untuk mengungkap kondisi awal pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran menggunakan wawancara, sedangkan untuk mengungkap kecerdasan emosional anak/siswa menggunakan observasi yang berbentuk chek list.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari dafatar cek masalah dalam pendekatan bermain peran berbasis Islam, adalah tentang kemampuan anak dalam meningkatkan kecerdasan emosional dengan nilai-nilai Islam sebagai landasan beremosional. Selanjutnya menganalisis daftar cek masalah tersebut.  Menurut Sutoyo (2009: 126-127) analisis daftar cek masalah ini meliputi analisis individual dan analisis kelompok

Selanjutnya untuk memperoleh gambaran tentang implikasinya dalam bimbingan, digunakan model analisis implikasi. Sedangkan untuk menganalisis dampak strategi pada setiap tindakan digunakan analisis deskriptif kualitatif.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model bimbingan belajar melalui bermain peran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model bimbingan belajar melalui bermain peran yang anggotananya terdiri dari siswa yang memiliki masalah dalam kecerdasan emosional dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan bermain peran dan peningkatan kecerdasan emosional siswa. Asumsinya adalah permasalah siswa yang memiliki perkembangan emosional yang kurang baik dan pendekatan yang disesuaikan dengan masa perkembangan anak yaitu masa bermain dan meniru segala sesuatu yang ada pada lingkungan anak tersebut untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya.

Permainan simulasi merupakan upaya penciptan lingkungan bagi para partisipan atau pemain yang tidak akan mengalaminya sebagaimana biasanya. Senada dengan pendapat tersebut, (Romlah, 2001:89), mengemukakan bahwa bermian peran adalah permainan yang dimaksudkan untuk mencerminkan situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Bermian peran merupakan pengganti situasi social dan pemandu sejumlah proses social tempat para pemain berpartisipasi. Adapun Stewart, et al., (1978: 89) menjelaskan bahwa bermain peran adalah suatu representasi operasional sifat-sifat situasi nyata yang menyediakan pembelajaran dengan lingkungan belajar yang relative aman, sederhana, dan saling berhubungan secara erat. Disamping itu, bermain peran sama seperti simulasi, merupakan model yang disederhanakan dari beberapa bentuk realitas.

Adapun permainan bermain peran merupakan kombinasi unsure-unsur permainan karakteristik model realitas yang di dalamnya para pemain bertindak di bawa seperangkat aturan untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian pula Tim BP, Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (1999) mengemukakan bahwa permainan merupakan suatu aktivitas manusia yang menyenangkan, bersemangat, dan kompetitif dengan mentaati aturan-aturan yang sudah ditentukan sesuai dengan jenis permainnannya. Selanjutnya Tim tersebut mengemukakan bahwa bermain peran merupakan tiruan, perumpamaan, berandai-andai yang sudah lama dikenal baik di negara-negara maju maupun di Negara-negara berkembang. Sementara itu, Husen dan Postlethwaite (1988: 113) mengemukakan bahwa permainan bermain peran mamadukan karakteristik permainan (pemain, aturan, kompeisi/kerjasama) dengan karakteristik bermain peran (representasi realitas). Jika kehidupan nyata disimulasikan secara kompetitif atau kooperatif maka permainan bermain peran cenderung berkembang secara alamiah. Demikian pula simulasi permainan bermain peran merupakan pengalaman buatan yang mewakili pengalaman yang terjadi secara alamiah dalam kerja guru.

Model bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam  yang dikembangkan dalam penelitian ini dirumuskan dari kerangka kerja yang berlandaskan pada teori bimbingan belajar melalui bermain peran   dan didasarkan dari sumber yang kokoh yaitu al-Qur’an dan Hadits.

Dari kerangka kerja model bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam tersebut kemudian disusun model hipotetik bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam  untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Model hipotetik tersebut tersusun atas atas 7 komponen sebagai berikut: (1) Rasional, (2) Konsep Kunci, (3) Visi Misi bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam , (4) Tujuan Model Bimbingan belajar melalui bermain peran   Berbasis Islam  (5) Isi Bimbingan belajar melalui bermain peran   Berbasis Islam , (6) Bimbingan belajar melalui bermain peran   Berbasis Islam , yang terdiri atas 9 aspek yaitu: (a) Pengertian Bimbingan belajar melalui bermain peran   Berbasis Islam , (b) Peran Guru , (c) Fungsi Guru , (d) Kualifikasi Guru , (e) Prosedur Kerja Bimbingan belajar melalui bermain peran   Berbasis Islam , (f) Anggota Kelompok, (g) Sifat Topik, (h) Suasana Interaksi dan (i) Tahap-Tahap pelaksanaan Bimbingan belajar melalui bermain peran  . Dan komponen model yang terakhir, (7) Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut. Adapun model hipotetik bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam  untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa

Berdasarkan sajian data hasil penelitian dan pengujian hipotesis penelitian di atas maka pada bagian di bawah ini disajikan pembahasan terhadap temuan hasil penelitian yang meliputi (1) kefektifan model bimbigan belajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus, (2) kefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus berdasarkan aspek kecerdasan emsoional siswa, (3) kefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT berdasarkan kelompok siswa, dan (4)  keefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utaman bin Affan Kudus berdasarkan jenis kelamin.

Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilakn model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang efektif bagi pengingkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan serrangkaian aktivitas pengembangan model bimbingan belajar yang diakhiri dengan merevisi hasil kegiatan eksperimen keefektifan model bimbinganbelajar melaluin bermain peran berbasis Islam tersebut dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus.

Hasil uji hipotesis pertama dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model bimbingan belajar melaui bermain peran berbasis Islam efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa yang dibuktikan dengan rerata skor perolehan kecerdasan emosional siswa sebelum mendapatkan perlakuan model  berbeda secara signifikan dari rerata skor perolehan kecerdasan emosional siswa. Dalam hal ini rerata skor perolehan  kecerdasan emosional siswa setelah mendaptkan perlakuan model  (62.8) lebih besar daripada rerata skor perolehan kecerdasan emosional siswa sebelum mendapatkan perlakuan model (55.7). terjadi peningktan kemampuan kecerdasan emosional dengan perolehan rarata (34.4)  dalam  hal ini menunjukkan , besar kebermaknaannya dalam peningkatan kecerdasan emosional siswa di PGIT.

Dengan demikian hasil penelitian ini memiliki tingkat efektifitas dan  sekaligus signifikansi praktis. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian tersebut dapat dicapai, yaitu diperolehnya model bimbinganbbelajar melalui bermain peran berbasis Islam yang efektif bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus. Ketercapaian tujuan tersebut disebabkan antara lain oelh (1) kepraktisan prosedur pelaksanaan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam sehingga memudahkan para guru membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosional mereka, (2) kemudahan penggunaan panduan bagi pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam untuk peningkatan kecerdasan emosional siswa, (3) fleksibilitas pelaksanaan model bimbingan beajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa, (4) aktivitas dan bahan-bahan bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam memiliki tingakat kemiripan yang tinggi dengan kehidupan nyata siswa, dan (5) revisi model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam dan panduannya secara berkelanjutan muali dari perencanaan, uji kelayakan, uji keterlaksanaan, dan uji keefektifan sehingga model tersebut benar-benar dapat diterapkan bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus.

Dismaping itu, keefektifan model bimbingan belajr melaui bermain peran berbasis Islam bagi peningktan kecerdasan emosional siswa didukung oleh kenyataan bahwa dalam proses pelaksanaan bimbingan belajar memlalui  bermain peran berbasis Islam tersebut, para siswa (a) dilatih mengenali, mengelola, memotivasi, menganli emosi orang lain, dan berhubungan dengan orang lain secara intensif sebagaimana dikemukakkan oleh Goleman (2002), (b) aktif dan terarah dalam mempraktikkan semua aspek kecerdasan emosional mereka, (c) memperolah banyak model dan kesempatan yang luas untuk mempraktikkan semua aspek kecerdasan emosional mereka dalam suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Demikian pula bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam tersebut mejadikan aktivitas para siswa menjadi pusat kegiatan dan menjadikan mereka belajar dari kegiatan tersebut (McCown & Roop,2002) sehingga memungkinkan mereka mengembangkan kecerdasan emosional mereka secara intensif.

Dengan demikian, model bimbingan belajr melalui bermain peran berbasis Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa karena model tersebut menyediakan lingkungan belajar yang diperlukan pengembangan kecerdasan emosional tersebut sebagaimana dikemukakan Caruso dan Wolpe (2001) bahwa pengembangan ketrampilan kecerdasan emosional memerlukan komponen pengetahuan dan komponen pengalaman sebagaimana tercakup dalam model bimbingan belajar melalui bermain peran berbsis Islam. Kondisi tersebut memungkinkan siswa dapat mengembangkan semua aspek kecerdasan emosional mereka secara efektif, alamiah dan bermakna bagi hidup mereka.

Temuan penelitian di atas menunjukkan bahwa keefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa PGTI Utsman bin Affan Kudus mendukung (1) DePorter & Hernacki (1992) yang menyatakan bahwa kognisi dan emosi anak berkembang melalui permainan, peniruan, dan cerita, dan (3) Elias, Hunter, & Kress (2001) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional terdiri atas seperangkat keterampilan dan kebanyakan keterampilan tersebut dapat ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan,

Disamping itu, temuan penelitian tersebut memperkuat temuan penelitian sebelumlunya tentang kefektifan permainan simulasi peran dalam meningkatan berbagai asoek keoribadian subjek penelitian sebagaimana yang dilakukan Tim BP-7 Propinsi jawa Timur (1987), Flurentin (1993), dan Mansyur (2001).

Keceradasan emosional terdiri atas lima aspek yaitu mengenali emosi, mengelola, memotivasi, menganli emosi orang lain, dan berhubungan dengan orang lain(Goleman, 2002). Kelima aspek tersebut mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan yang lain dalam pengungkapan kemampuan yang membentuk kecerdasan emosional. Kelima aspek tersebut tersusun dari proses psikologis yang paling dasar samapi proses psikologis yang lebih tinggi dan terintegrasi. Misalnya, aspek yang paling rendah berkaitan dengan kemampuan sederhana dalam mempersepsi dan mengekspresikan emosi. Adapun sebaliknya, aspek yang paling tinggi berkaitan dengan pengelolaan emosi secara reflektif dan penuh kesadaran yang melibatkan banyak aspek kepribadian yang lain.

Karena fungsi ysng berbeda dan tingkat kekomplekan yang berbeda pula dari kelima aspek tersebut maka dipridiksi berbeda pula keefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam dalam meningkatkan kemampuan pada aspek-aspek tersebut. Dari pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor perolehan kemampuan siswa untuk setiap aspek kecerdasan emosional tersebut. Dengan demikian model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam memiliki keefektifan yang berbeda bagi peningkatan masing-masing aspek kecerdasan emosional siswa PGIT Utsman bin Affan Kudus.

Dalam hal ini rerata sekor perolehan siswa dalam kemampuan (1) mengenali emosi diri adalah (13,4), (2) mengelola emosi diri adalah (32,1), (3) memotivasi emsoi diri adalah (8,6), (4)  menganli emosi orang lain adalah (17,12), dan (5) berhubungan dengan orang lain adalah (22,7). jika diurutkan dari yang terbesar maka urutan rerata skor perolehan siswa pada masing-masing kemampuan tersebut adalah (1) mengelola emosi diri adalah (32,1), (2) berhubungan dengan orang lain adalah (22,7)., (3) menganli emosi orang lain adalah (17,2), (4)  mengenali emosi diri adalah (13,4), dan (5) memotivasi emsoi diri adalah (8,6).

Dari data di atas, ditemukan ada perbedaan skor  perolehan kemampuan yang signifikan antara aspek mengelola emosi diri (32,1) dengan aspek mengnali emosi diri (13,4), dan aspek memotivasi emsoi diri adalah (8,6) sedangkan, pada aspek berhubungan dengan orang lain adalah (22,7) dan rerata aspek menganli emosi orang lain adalah (17,2).

Hasil analisis lanjutan tersebut menunjukkan bahwa model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dikembangkan lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman emosi daripada kemampuan pengelolaan emosi. Jika diurutkan tingkat keefektifan pengaruh model tersebut terhadap peningkatan kemampuan siswa pada masing-masing aspek kecerdasan emosional maka secara berturut-turut adalah sebagai berikut.(1) aspek mengelola emosi diri (2)  berhubungan dengan orang lain (3)  menganli emosi orang lain (4)  mengenali emosi diri adalah (5)  memotivasi emsoi diri.

Dari pengalaman guru yang menjadi fasilitator bimbingan belajar melalui bermain peran ditemukan bahwa masing-masing dari kelima aspek kecerdasan emosional siswa meningkat semua meskipun agak sulit membedakan tingkat perbedaan peningkatan antara kemampuan pada kelima aspek kecerdasan emosional tersebut. Namun dari pelaksanaan diskusi dan permainan peran dalam kerangka peningkatan kecerdasan emosioanal siswa ditemukan bahwa kemampuan yang paling mudah diidentifikasi peningkatannya adalah kemampuan siswa dalam menunjukkan pemahaman terhadap mengelola emosi yang dialaminya dan dialami orang lain. Hal ini terlihat dari cara siswa memberikan penjelasan tentang emosi baik yang dialami dirinya sendiri maupun yang dialami orang lain. Disamping itu, diakui guru bahwa kemampuan memotivasi emosi adalah kemampuan yang paling sulit dirasakan siswa karena dalam keiatan permainan peran dan refleksi sringkali dikeluhkan tentang cara-cara pengatasan masalah yang berkaitan dengan emosinya baik untuk dirinya mampu untuk teman-temannya.

Mengapa model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis islam ini lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kamampuan pemahaman emosi siswa daripada kemampuan pengelolaan emosi. Hal ini terjadi antara lain karena (a) kemampuan pengelolaan emosi lebih sulit dan lebih kompleks daripada kemampuan memahami emosi dan (b) kamampuan pengelolaan emosi lebih banyak membutuhkan waktu dan keterampilan daripada kamampuan memahami emosi. Di sisi lain, kemampuan pemahaman emosi lebih mudah dikembangkan daripada kemampuan pengelolaan emosi karena (a) kamampuan tersebut lebih sesuai dengan kebiasaan sehari-hari para siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan kamampuan intelektual daripada kemampuan emosional mereka dan (b) hasil penelitian Mayer, Solovey, dan Caruzo (2004) menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman emosi adalah aspek kecerdasan emosional yang paling tinggi korelasinya dengan kecerdasan intelektual sedangkan aspek-aspek kecerdasan emosional yang lainnya lebih rendah korelasinya.

Salah satu Kondisi Umum  pokok yang mempengaruhi perilaku individu adalah jenis kelamin. Hal ini terjadi karena jenis kelamin tersebut akan mempengaruhi bagaimana lingkungannya memperlakukan individu dan demikian pula bagaimana individu tersebut merespons harapan lingkungannya. Interaksi diri dan lingkungan yang berbeda tersebut yang menyebabkan siswa laki-laki berbeda dari siswa perempuan dalam mereaksi lingkungan dan dari mereka sendiri. Oleh karena itu maka model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dikembangkan ini akan mempunyai keefektifan pengaruh yang berbeda kapada siswa berdasarkan jenis kelamin mereka.

Berdasakan hasil perolehan  rerata kecerdasan emosional siswa laki-laki dan perempuan di temukan bahwa skor perolehan siswa laki-laki ( 0.1%) dan skor perolehan siswa perempuan (17.3%) hal ini berarti rerata skor perolehan kecerdasan emosional siswa menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan di tinjau dari jenis kelaminnya. Rerata perolehan skor kecerdasan emosional siswa laki-laki 0,1% sedangkan rerata perolehan skor kecerdasan emosional siswa perempuan 17,3% dengan demikian model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam memiliki keefektifan lebih pada siswa perempuan disbanding dengan siswa laki-laki  bagi peningkatan kecerdasan emosional siswa kelompok B PG IT Utsman bin Affan Kudus bagi anak laki-laki maupun perempuan.

Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan jender (Brackett, Mayer, dan Werner,2004) perbedaan tersebut dapat dieliminasi karena model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dikembangkan tersebut mengakomodasi kepentingan jender yang relative sama. Hal ini dapat dilihat dari (1) segi prinsip pelaksanaannya yang menekankan pada pelayanan bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam kepada semua siswa tanpa memandang latar belakan mereka termasuk jender, (2) pemeran kasus dalam berberan dan scenario permainan bermain peran berbasis Islam berasal dari kedua jender secara seimbang, (3) kasus yang ditampilkan dalam beberan dan scenario bermain peran berbasis Islam bersifat umum yang dapat dialami oleh siswa dari kedua jender, dan (4) fasilitasi guru dalam proses permainan bermain peran berbasis Islam memperhatikan kepentingan kedua jender.

Dari pengalamn guru sbagai fasilitator permainan bermain peran berbasis Islam, ditemukan bahwa prosedur pelaksanaan peningkatan kecerdasan emosional siswa dengan model bimbingan belajar melalui  bermain peran berbasis Islam memberikan akses yang sama bagi siswa dari kedua jender untuk aktif dan terlibat permainan bermain peran berbasis Islam, refleksi bermain peran berbasis Islam, dan pengahiran sehingga para siswa dari kedua jenis jender dapat berprestasi secara optimal. Kondisi tersebut memungkinkan terlaksananya pelaksanaan terhadap permainan bermain peran berbasis Islam secara produktif bagi peningkatan kecerdasan emosional bagi siswa dari kedua jenis jender tersebut.

Temuan bahwa ada perbedaan dalam peningkatan kecerdasan emosional siswa laki-laki dan siswa perempuan setelah penerapan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam akan tetapi keduanya menyatakan terjadi peningkatan kemampuan dalam kecerdasan emosional, hal tersebut memperkuat hasil penelitian  (a) Gage & Berliner (1991) yang menemukan bahwa tidak ada bukti yang meyakinkan tentang perbedaan berbagai bidang kemampuan anak laki-laki dan permpuan sehingga guru tidak perlu membedakan perlakuan terhadap siswa laki-laki dan perempuan, (b) Prawitasari (1995) yang menemuakan bahwa yang menemukan bahwa orang laki-laki dan perempuan di Indonesia tidak berbeda dalam hal kemampuan mengaritkan emosi yang diekspresikan orang lain. Hal ini semua senada dengan penjelasan Santrock (1994) yang menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan dalam kebanyakan pengalaman emosional. Kedua kelompok tersebut sama-sama mengalami rasa cinta, cemas, kasih saying, marah saat dihina, sedih saat putus hubungan cinta, dan malu saat berbuat kesalahan di muka bumi.

 

SIMPULAN

  1. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa secara global, siswa memiliki kemampuan (67.5%) pengenalan emosi diri, (48.1 %) pengelolaan emosi diri, (62.4%) memotivasi diri, (57.7%) mengenali emosi orang lain, dan (42.8%) membina hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran telah dilaksanakan oleh guru namun belum maksimal dan frekuensi pelaksanaanya jarang serta bersifat insidental.
  2. Rumusan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islami yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun dengan berdasarkan pada dasar yang kokoh yaitu merujuk pada al-Qur’an dan hadist sehingga memiliki spesifikasi yang berbeda dari model bimbingan kelompok yang sudah ada di sekolah. Model yang tersusun, terdiri dari 7 komponen (1) Rasional, (2) Konsep Kunci, (3) Visi Misi bimbingan kelompok berbasis Islami, (4) Tujuan Model Bimbingan Kelompok Berbasis Islami (5) Isi Bimbingan Kelompok Berbasis Islami, (6) Bimbingan Kelompok Berbasis Islami dan (7) Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut.

Pelaksanaan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dilaksanakan di PGIT Utsman bin Affan Kudus dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara dengan guru dalam beberapa aspek, yaitu: (a) keterlaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran , (b) Tujuan pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran , (c) Komponen bimbingan belajar melalui bermain peran , (d) perencanaan bimbingan belajar melalui bermain peran , (e) Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran , (f) Evaluasi dan tindak lanjut serta (g) Faktor penunjang dan hambatan pelaksanaan bimbingan belajar melalui bermain peran.

  1. Model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam yang dikembangkan dalam penelitian ini terbukti efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil uji keterlaksanaan dan uji keefektifan model bimbingan belajar melalui bermain peran berasis Islam. untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa, menunjukkan bahwa rerata skor rerata pretes  jika dibanding kan dengan perolehan rerata sekor posttes menunujkkan adanya peningkatan. Rerata skor perolahan siswa sebelum mendapatkan perlakuan model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam adalah 55.7 sedangkan rerata perolehan skor kecerdasan emosional siswa setelah mendapatkan perlakuan model adalah 62.8, jika di lihat besarannya skor perolehan rerata siswa dari sebelum mendapatkan perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan kecerdasan emosional sebesar 34.4. Dengan demikian model bimbingan belajar melalui bermain peran   berbasis Islam bisa terlaksanan dan efektif untuk peningkatan kecerdasan emosional siswa PGIT.

SARAN

  1. 1.      Bagi guru dan sekolah

Proses dan hasil penelitian pengembangan ini memberi kontribusi teoretis berupa input konseptual, metodologis, dan findings berkaitan dengan perluasan khasanah pengetahuan tentang konsep dan praktik bimbingan belajar melalui bermain peran yang dapat dimanfaatkan oleh pebelajar dan peneliti lain sebagai salah satu sumber acuan referensi dalam mengkajikembangkan produk lain yang sewarna dengan issu-issu pelaksanaan layanan BK khususnya bimbingan belajar melalui bermain peran di sekolah.

Model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam ini dapat digunakan guru sebagai salah satu model layanan dalam membantu siswa PGIT Utsman bin Affan meningkatkan kecerdasan emosional sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling lebih sistematis dan efektif. Model bimbingan ini dapat juga dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru di PGIT dalam memaksimalkan pelaksanaan layanan bimbingan belajar melalui bermain peran di sekolah. Guru perlu memperhatikan kondisi psikologis anak didiknya dengan baik, agar perkembangan siswa khususnya anak usia dini dapat berlangsung dengan baik pula, kecerdasan emosional menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatian dan ditingkatkan.

  1. 2.      Bagi pengembang model selanjutnya

Model bimbingan belajar melalui bermain peran berbasis Islam ini masih terbuka bagi peneliti selanjutnya untuk diujikembangkan lebih lanjut dengan memperluas komponen model, mengakomodir aspek substansi layanan bimbingan belajar, mengungkap hambatan-hambatan penyusunan model dan melibatkan penilaian eksternal dan lain-lain demi menyempurnakan model.

 

DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R.& Gall, M.D.1983 Educational Reasearch: An Introduction. New York:Longman.Inc

Caruso, D.R. & Wolpe, C.J., 2001. Emotional Intellegence at the Workplace. Dalam ciarrochi, J., Forgas, J.P., & Mayer, D.J. (Eds.) Emotional Intelligence in Everyday Life. Philadelphia, Pennsylvania: Psychology Press.

Chaplin, J. P. 2009, Dictionary of Psychology, (Terjemah. Kartini Kartono) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Agama RI. 2001. Al-Qur’an dan Terjemah (Transliterasi Arab-Latin). Semarang: CV. Ass-Syifa

DePorter, B., & Hernacki, M.  1992. Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. New York: Bantam Doubleday Dell Publishing Group, Inc.

Elias, M.J., Hunter, E.,  Kress,  J.I., 2001. Emotional Inellegence and Education. Dalam Ciarrochi, J., Forgas, J.P., & Mayer, J.D. (eds). Emotional Intelligence in Everyday Life. Philadelphia, Pennsylvania: Psychology Press.

Flurentin, E., 1993. Permainan Simulasi dan Bimbingan Karir. Ilmu pendidikan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Gage, N.L., & Berliner, D.C. 1991. Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.

Goleman, D. 2002. Emotional Intelligence: Kecedasan Emosional. Penerjemah Hemaya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hafidz, E., 2010.   Teknik Pengajaran dan Pembelajaran  : bobezani.tripod.com. http://bobezani.tripod.com/2010/03/teknikpengajarandan embelajaran.htm(diunduh 20 Oktober 2003)

Hurlock. E. B. 2006. Devolopmental Psycology: A Life Span Approach, Fifth Edition, Mc Graw Hill.inc, (Terjemah. Istiwidayanti dan Soedjarwa) Yogjakata: Erlangga.

Husen, T.,  & Postlethwaite, T.N.,  1988. The Intenaional Encyclopedia o Educaion. OxFord: Pergamon Press.

Komara, E., 2009. Model Bermain Peran Dalam Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Karunika.  

Manorom, K., & Pollock, Z., 2006. Role Play as a Teaching Method: A Practical Guide : jaournal of Role Playing as a Teaching Method. 84,5-10. (diunduh 9 Desember 2006)

 

Mansyur, J., 2001. Pengembangan Paket Permainan sebagai media layanan konsultasi bagi orang tua siswa, Tesis Maiser pada FPS IKIP MALANG: tidak diterbitkan

Mayer J.D., Salovey, P., & Caruso, D.R. 2004. Model of Emotional Intelligence, Theory, Findings and Implications, Psychological Inquiry, Vol 15 No. 3. (pp. 197-215). Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

McCown, R.R., & Roop, P. 2002. Education Psychology and Classroom Practices: A Partnership. Toronto: Allyn & Bacon.

Prawitasari, J.E., Martani, W., Adiyatni, M.G.,  1995. Konsep Emosional Orang Indonesia: Pengungkapan dan Pengertian Emosi Melalui Komunikasi Non Verbal di Masyarakat yang Berbeda Latar Budaya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Romlah, T., 2001. Teori dan Prakik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit: UM

Santrock, J.W. 1994. Psychology. Madison, Wisconsin: WCB. Brown & Benchmark.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sutoyo, Anwar, 2009, Pemahaman Individu, Observasi, Checklist, kuesioner & Sosiometri, Semarang: Widya Karya.

Stewart, N.R., 1978. Systematic Counseling. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall,Inc.

Tim- BP7 Propinsi Dati I Jawa Timur, 1987. Permainan Simulasi: Kelahiran dan Perkembangannya di Jawa Timur. Jakata: alai Pustaka

 

 

 

 


Actions

Information

Leave a comment